Jumat, 20 November 2020

Meningkatnya Permintaan Pangan, Bukan Hanya Tantangan Tapi Kesempatan

Semua menyadari, produksi pangan untuk memenuhi permintaan domestik saja bukanlah hal yang mudah. Hal itu akan terpenuhi jika antara kebijakan pusat dan daerah berpihak kepada pembangunan pertanian dengan lebih prioritas. Begitu banyak isu mendasar terkait pembangunan pertanian yang harus diselesaikan seperti akses petani terhadap modal dasar bertani yaitu: lahan, benih dan air. Dengan tingginya permintaan pangan, bukan hanya tantangan namun juga peluang (pasar) pertanian nasional bila Indonesia mampu mengelola sumber daya alam dan manusianya dengan baik dan benar. Indonesia sejatinya berpeluang untuk cukup memproduksi sendiri dalam pemenuhan pangan, dengan cara peningkatan kapasitas (capacity building). Salah satu yang disarankan dalam perbaikan kapasitas adalah penerapan peraturan terkait penyuluhan yang diharapkan bisa meningkatkan pendampingan dalam aktifitas dan prodiktifitas petani sehingga bisa menambah pendapatan petani. 

Kesimpulan paragaraf diatas, diambil dari jurnal Asian Journal of Agriculture and Rural Development, yang ditulis oleh Waridin (2013) berjudul “Capacity Building on Food-Crop Farming to Improve Food Production and Food Security in Central Java, Indonesia”. Peningkatan ketahanan pangan di Jawa Tengah dilihat dari sudut pandang peningkatan kapasitas (capacity buliding) terkait produksi tanaman pangan. Studi kasus diambil di Klaten dan Magellang, Jawa Tengah. 

Kebijakan pertanian di Indonesia diarahkan untuk swasembada, khususnya beras. Hal ini dibuktikan sejak tahun 1984 yang berhasil memproduksi beras dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan nasional. Sejak saat itu, prestasi tersebut ingin terus dipertahankan dan beras jadi ikon makanan rakyat yang sudah umum dikonsumsi dari Sabang sampai Merauke. Pada tahun 1965, Jawa mampu memproduksi beras 4,9 juta ton hingga sekarang meningkat menjadi sekitar 30 juta ton. Namun demikian, dengan meningkatnya populasi penduduk, konsumsi beras juga menigkat drastis dari 85 kg/tahun menjadi 140 kg/tahun. Cukup menarik, jika diadakan penelitian terkait pola pangan sehat, terkait meningkatnya penyakit diabetes, karena perubahan pola makan beras yang sangat tinggi. 

Waridin membatasi penelitiannya dengan sudut pandang capacity building. Yang didefiniskan oleh UNDP "define it as “the creation of an enabling environment with appropriate policy and legal frameworks, institutional development, including community participation, human resources development, and strengthening of managerial systems". Berdasarkan hasil penelitian ini, penyuluhan bisa menjadi salah satu usaha untuk meningkatkan kapasitas petani. Mengingat, jumlah petani dengan pendidikan rendah cukup tinggi dan secara usia juga cukup menua (sekitar 60% usia 40-50 tahun). Bahkan, jika dihubungkan dengan kondisi kemiskinan di perdesaan, mayoritas juga para petani. 

Dillihat dari sisi input produksi: tanah, tenaga kerja dan benih menjadi faktor penentu utama peningkatan produksi. Semakin luas lahan yang dikelola (bahkan dimiliki petani untuk produksi) semakin tinggi produksinya. Ditambah lagi, dengan pemakaian pupuk yang tepat seperti peningkatan penggunaan pupuk K, terbukti mampu meningkatkan produksi. Sedangkan pestisida masih dianggap bukan faktor penentu utama dalam peningkatan produksi. Menariknya dari penelitian ini, rata-rata technical efficiency nya sebesar 0,942 yang diartikan petani masih belum efisien dalam aktifitas produksi. 

Kompleksitas permasalahan yang dihadapi petani dalam berproduksi, menurut hemat saya, karena tidak terselesaikannya sistem kepemilikan lahan, sehingga banyak petani tidak memperoleh akses kemudahan mengelola tanah lebih luas. Alih fungsi lahan sangat mudah terjadi karena tidak ada penjagaan terhadap fungsi lahan pertanian. Di sisi input produksi, di perdesaan agak sulit melakukan transformasi struktural dengan adanya teknolog sehingga mengurangi jumlah tenaga kerja. Berimbas kepada mahalnya biaya untuk tenaga kerja (tidak efisien). Belum lagi berbicara masalah benih yang secara industri masih lemah sehingga belum bisa memenuhi secara baik apa yang dibutuhkan oleh petani (tepat waktu, jumlah dan kualitas). Termsuk juga dalam sistem pengairan untuk bertani, perlu diperkuat tata kelola irigasi dan pengembangan pengairan ke semua lahan pertanian, karena tanpa air, produksi pertanian tak bisa dilakukan.